http://sariaklaweh.blogspot.com/2015/07/kumpulan-artikel-ramadhan.html Desember 2013 ~ SARIAK LAWEH

SAVE AQSO FREE PALESTINE

(“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” [Al Hujuraat 10])

SAVE AQSO FREE PALESTINE

(Pnjajahan Di Atas Dunia Harus Dihapuskan Karena Tidak Sesuai Dengan Perikemanusiaan Dan Perikeadilan)

RUMAH GADANG

(Gonjong Ijuak Basalimuik Kabuik Di Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota)

SANG PROKLAMATOR

("Bebas Artinya Menentukan Jalan Sendiri, Tidak terpengaruh Oleh Pihak Manapun, Sedangkan Aktif Artinya Menuju Perdamaian Dunia dan Bersahabat Dengan Segala Bangsa" BUNG HATTA)

JAM GADANG BUKITTINGGI

(Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS 3:133-134))

Sabtu, 14 Desember 2013

Dalam Buaian Angan

Ketika hujan itu kembali datang
Disini aku masih terpaku membisu
Masih kusimpan setangkup rindu
Untukmu di dasar hati
Kembali ku coba rangkai serpihan kenangan
Menguak kisah nan tlah jadi nisan

Entahlah ....
Masih saja aku tenggelam
Dalam buaian angan nan tak berkesudahan 
Haruskah ku biarkan rindu nan tlah merenggut separoh jiwa
Atau kubiarkan angin menyeretnya tampa bekas.

oleh: savira al Khaulah

Rabu, 11 Desember 2013

SAWAH PADANG

Tampek manimbo Ilemu Sangkek Sede


Cara Mengganti Logo Favicon

Apakah favicon blog itu? Favicon atau Favorites Icon merupakan gambar/logo kecil yang terletak pada address bar suatu blog.
Untuk mengganti favicon blog, Anda harus menyiapkan gambar/logo terlebih dahulu dengan ukuran kurang dari 100KB.simak caranya dibawah ini :
1. Masuk halaman 'Tata Letak'.

Rumah Gadang

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk salah satu rumah adat tradisional Indonesia yang banyak di jumpai di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung.

mekarnya tak pandang musim


KELOK SAMBILAN

Kelok sambilan adalah salah satu jalanan berkelok yang terkenal selain kelok 44 di Sumatera barat, kelok sambilan terletak di kabupaten lima puluh kota, jika kita dari arah payakumbuh membutuhkan kira-kira 30 menit untuk menikmati pesona jalanan yang akhir-akhir ini semakin ramai dikunjungi dan dibicarakan oleh mayarakat. Betapa tidak 3 bulan yang lalu RI 1 bapak H. Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan secara langsung sebuah jembatan nan berdiri megah, kokoh n menambah pesona kelok sambilan. dalam pidatonya SBY menyebutkan rasa bangga atas keindahan kelok sambilan, sambil menyelipkan kata-kata "kalaulah tidak percaya datanglah langsung ke kelok sambilan dan insya allah akan menambah rasa bangga terhadap Indonesia". dan yang membuat kita semakin bangga lagi adalah kelok sambilan di rancang langsung oleh tangan-tangan profesional terbaik bangsa. 

Disela asyiknya menikmati pesona kelok sambilan tampa disadari tiba-tiba langsung saja terlantun syair lagu yang dulu dipopulerkan oleh anroy yang judulnya kelok sambilan

KELOK SAMBILAN

Mandaki jalan Payakumbuah
Baranti tantang Kelok Sambilan
Ondeh baranti tantang kelok Sambilan

Dimalah hati indak ka rusuah
Sadang basayang adiak bajalan
Ondeh sadang basayang adiak bajalan

Ondeh baa lah ko kaba, baa lah ko kaba
Kini rang mudo yo baa lah ko kaba
Ondeh baa lah ko kaba, baa lah ko kaba
Kini rang mudo yo baa lah ko kaba

Indaklah guno batanam bawang
Bawang di tanam hari lah sanjo
Ondeh bawang ditanam
Bawang ditanam harilah sanjo

Indaklah guno bakasiah sayang
Sansaro badan kasudahannyo
Ondeh sansaro badan kasudahannyo
Sansaro badan kasudahannyo

Ondeh baa lah ko kaba, baa lah ko kaba
Kini rang mudo yo baa lah ko kaba
Ondeh baa lah ko kaba, baa lah ko kaba
Kini rang mudo yo baa lah ko kaba

Mandaki jalan ka Payakumbuah
Baranti tantang kelok Sambilan
Ondeh baranti tantang kelok sambilan

Dimalah hati indak ka rusuah
Sadang basayang adiak bajalan
Ondeh sadang basayang adiak bajalan

Ondeh baa lah ko kaba, baa lah ko kaba
Ondeh baa lah ko kaba, baa lah ko kaba
Kini rang mudo yo baa lah ko kaba


Tapi tak berselang lama tersentak timbul pertanyaan kalaulah dalam wajah barunya apa kemungkinan syair yang bakal diciptakan oleh uda Anroy>?????hehehehe
Ade Prima Hendra

Selasa, 10 Desember 2013

Cara Mengganti Template Blog di Blogger

Template adalah desain dari halaman blog atau website meliputi seluruh elemen-elemen yang menjadi bagian dari sebuah blog atau website.
Blogger memberikan begitu banyak fitur pada blog kita agar kita dapat menyesuaikan tampilan template berdasarkan kebutuhan kita.

contoh curiculum vitae



DATA DIRI

Nama                          : Ade Prima Hendra, S.Pd
Tempat lahir                : Sarik Lawas
Tanggal lahir                : 18 Mei 1989
Jenis kelamin               : Laki - laki

Senin, 09 Desember 2013

contoh lamaran kerja


Payakumbuh, 7 Februari 2013

Yth. Bapak Pimpinan SMP IT Insan Cendekia
di Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama lengkap                : Ade Prima Hendra
Tempat/tanggal lahir        : Sarik Lawas/ 18 Mei 1989

Jumat, 06 Desember 2013

ABDUL WADUD KARIM AMRULLAH

 
 Abdul Wadud Karim Amrullah(1927-2012)
Assalamualaikum dunsanak!!!
Suatu hari di awal Ramadhan lalu, ambo tercenung di depan tumpukan buku di toko buku Gramedia Palembang. Di tangan ambo ada sebuah buku berjudul "Dari Subuh hingga Malam: Perjalanan Seorang Putra Minang Mencari Jalan Kebenaran" karangan Abdul Wadud Karim Amrullah. Penerbitnya adalah BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Nama si pengarang mengingatkan ambo kepada trah keluarga besar Haji Rasul atau Inyiak De-Er (DR, maksudnya Doktor) alias Dr. Haji Abdul Karim Amrullah, yang tak lain adalah bapak dari Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Tapi terasa ganjia karena setau ambo BPK itu adalah penerbit buku-buku kristen. Dan memang, setelah membaca sepintas barulah ambo tercenung dan sedikit shock karena bukunya berisi tentang testimoni si pengarang tentang kisah hidupnya dalam memperoleh iman kristen dan menjadi penginjil di Amerika (!).
Hal yang pertama terlintas dalam benak ambo adalah: Apa benar pengarang buku ini adik Buya HAMKA? Jangan-jangan hanya mencatut nama biar terkenal. Di dunia ini apa saja dikerjakan orang. Batin ambo seolah tak rela jika darah para ulama besar tercemar dengan terbitnya buku ini.
Jawabannya datang secara tak sengaja di akhir Ramadhan dari sebuah buku yang ambo beli di Bukittinggi ketika pulang mudik. Bukunya dikarang oleh salah seorang putra Buya HAMKA, Irfan, dan berjudul "Ayah....Kisah Buya Hamka" terbitan RepublikaPenerbit tahun 2013. Didalam buku itu dicantumkan ranji silsilah keluarga besar Haji Rasul. Dan guess what,  nama Abdul Wadud memang terdapat didalamnya! Bahkan di bagian meninggalnya Buya Hamka juga ditulis Pak Irfan bahwa "Pamanku, Abdul Wadud dan anak istrinya yang baru datang dari Amerika pun turut sibuk juga menyambut pelayat." Klop. Confirmed. Ternyata pendeta itu memang adik Buya Hamka. Rupanya memang benar apa kata orang bijak: tidak ada yang tidak mungkin dibawah matahari.
Pertanyaan lain muncul: Kok bisa? Pertanyaan selanjutnya: Apakah Buya Hamka tahu? Selanjutnya lagi: Terus kalau tahu apa tanggapan Buya?.

Jawaban pertanyaan pertama kita cari di dalam buku Pak Abdul Wadud. Ia lahir di Kampung Kubu, Sungai Batang, Maninjau, tgl. 7 Juni 1927 sebagai anak tunggal dari istri ketiga Haji Rasul yaitu Siti Hindun. Sedangkan Buya Hamka adalah anak pertama dari empat bersaudara hasil pernikahan Haji Rasul dengan istri keduanya Siti Shafiah. Artinya Abdul Wadud adalah adik tiri seayah dari Buya Hamka. Perlu juga dicatat bahwa pernikahan ayah mereka dengan ketiga istrinya itu tidak dalam masa yang sama. Artinya Haji Rasul tidak berpoligami. Jarak umur antara Buya Hamka dan Abdul Wadud adalah 19 tahun.

Abdul Wadud menghabiskan masa kecilnya di Maninjau. Sebagaimana anak-anak Minangkabau lainnya, waktu kecil ia pergi ke surau di kampungnya dan pergi sekolah agama di Padang Panjang yang dikelola oleh murid-murid ayahnya. Selanjutnya ia meninggalkan Minangkabau pada 8 Agustus 1941 bersama ayahnya menuju tempat pembuangan ayahnya di Sukabumi.

Abdul Wadud Karim Amrullah
Selepas kematian ayahnya pada 1945, Abdul Wadud berangkat ke Rotterdam dengan bekerja sebagai tukang binatu di kapal MS Willem Ruys yang berangkat dari Tanjung Priok pada Februari 1949. Selanjutnya ia meneruskan petualangan ke Amerika Serikat dan Amerika Selatan pada 1950 sebelum akhirnya memutuskan untuk menetap di San Francisco, California.

Di California Abdul Wadud mendirikan IMI (Ikatan Masyarakat Indonesia) tahun 1962. Kemudian ia menikah dengan Vera Ellen George, seorang gadis Indo, pada tgl. 6 Juni 1970 dan belakangan dikarunia 3 orang anak. Ia juga aktif dalam kegiatan Islamic Center yang dikelola oleh para imigran Islam dari Indonesia dan negara-negara Islam lainnya di Los Angeles.

Pada tahun 1977 keluarga ini kembali ke Indonesia dan bekerja di biro perjalanan milik Hasjim Ning di Bali. Pada saat bisnis mereka bermasalah, istrinya yang muallaf kembali diajak teman-temannya untuk pergi ke gereja. Tidak itu saja, sang istri juga mengajak si suami untuk turut serta. Akibatnya mereka sering bertengkar hebat.

Namun lambat laun pertahanan Abdul Wadud bobol juga. Tahun 1981 ia setuju mengikuti agama istrinya. Tahun 1983 ia dibaptis sebagai “anak Yesus” oleh Pendeta Gereja Baptis Gerard Pinkston di Kebayoran Baru. Selanjutnya ia kembali ke AS tahun itu juga, menyusul istri dan anak-anaknya yang sudah lebih dahulu meninggalkan Indonesia. Tidak lama kemudian Abdul Wadud ditasbihkan menjadi pendeta di Gereja Pekabaran Injil Indonesia (GPII) di California. Sejak itu ia lebih dikenal dengan nama Pendeta Willy Amrull.

Untuk menjawab pertanyaan kedua dan ketiga, konon Buya Hamka tahu bahwa adik tirinya itu telah masuk Kristen dari laporan anaknya Rusydi Hamka yang baru pulang dari Amerika yang melihat bahwa Pak Eteknya itu membuat tanda salib sebelum makan. Setidaknya demikian yang disampaikan Irfan Hamka kepada seorang penanya. Selanjutnya Buya Hamka berpesan agar anak-anaknya jangan sampai mengikuti langkah yang sudah ditempuh si Pak Etek.

Namun demikian ada sedikit ganjalan bagi ambo dalam hal ini. Kalau dilihat dari time frame kejadian, Buya Hamka meninggal dunia pada tahun 1981. Sedangkan Abdul Wadud baru dibaptis -menurut bukunya- pada tahun 1983. Ada sesuatu yang tidak cocok dari segi waktu jika dianggap Buya Hamka telah tahu soal ini. Ditambah lagi sepertinya hubungan antara keluarga kakak-adik ini tetap berlangsung baik. Buktinya pada saat Buya Hamka meninggal, Abdul Wadud dan keluarganya datang dan bertindak selaku tuan rumah, sebagaimana dimuat dalam buku Pak Irfan. Sebab biasanya orang yang sudah bertukar agama, agama apapun itu, akan dikucilkan oleh keluarganya. Jadi menurut ambo kemungkinan ada data dan kejadian yang tidak sinkron dalam hal ini. Meskipun begitu,  kebenarannya  tentu hanya diketahui oleh pihak keluarga Buya Hamka sendiri.

Didalam bukunya ini Abdul Wadud alias Pendeta Willy juga mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan. Masih ingat kasus Wawah? Tahun 1998 Ranah Minang buncah ketika seorang siswi MAN 2 Padang diculik, dibuka jilbabnya, dibaptis dan (maaf) diperkosa. Selanjutnya setelah semuanya terbongkar, yang diadili hanyalah tuduhan perkosaan saja. Sedangkan penculikan dan pemaksaan pindah agama tidak ikut didakwakan. Pihak Gereja GPIB Padang yang berdasarkan pengakuan Wawah disangkakan terlibat dalam hal ini, menolak keterlibatannya. Pihak gereja juga membantah keberadaan seorang pendeta yang membaptis Wawah. Namanya Pendeta Willy.

Melalui buku ini,  sosok Pendeta Willy dalam kasus Wawah yang sebelumnya kabur menjadi terang benderang. Memang benar ada yang bernama pendeta Willy dalam kasus itu. Dituliskan bahwa pada tahun 1996 Pendeta Willy Amrull, dengan dukungan lembaga misionaris di Amerika, mulai aktif menyebarkan agama Kristen di Minangkabau. Ia dan para pengikutnya berbasis di Jalan Batang Lembang (daerah Padang Baru) dan di Parak Gadang, Padang. Pendeta Willy Amrull merekrut anak-anak muda Minang, khususnya dari golongan ekonomi lemah, untuk dialihimankan menjadi orang Kristen. Ia menyebutnya sebagai proses “pemuridan”. Diantara tangan kanannya yang terkemuka adalah Yanuardi dan Salmon yang belakangan juga ikut tersangkut kasus Wawah. Akibat kasus Wawah juga, dituliskan bahwa Pendeta Willy Amrul menjadi takut datang ke Ranah Minang lagi.

Pendeta Willy Amrull meninggal tgl. 25 Maret 2012 di Los Angeles, tak lama setelah bukunya ini terbit. Ia telah meninggalkan catatan tertulis tentang sesuatu hal yang dianggap aib besar bagi orang Minang: meninggalkan Islam. Buku ini juga memberi peringatan kepada kita bahwa soal kristenisasi di Ranah Minang bukanlah hantu di siang bolong. Bukan sekedar kabar pertakut. Bukan pula phobia. Tetapi memang nyata dan sistematis. Adik Buya Hamka ini adalah contohnya. Semoga kita, keluarga kita dan semua teman serta karib kerabat kita tidak ikut terjebak. 

(Sumber: lilinkecil.com; republikapenerbit.co.id; niadilova.blogdetik.com; rantaunet@googlegroups.com)
(sumber http://minanglamo.blogspot.com/2013/08/penginjil-dari-ranah-minang-1927-2012.html?showComment=1382270936307&m=1)

CINGKAHAK KAMPUANG



Assalamu'alaikum Wr Wb.
  dunsanak nan duduak sahamparan sarato nan tagak seadaran, baiak nan di parantauanan ataupun masih di ranah bundo.