http://sariaklaweh.blogspot.com/2015/07/kumpulan-artikel-ramadhan.html Oktober 2014 ~ SARIAK LAWEH

SAVE AQSO FREE PALESTINE

(“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” [Al Hujuraat 10])

SAVE AQSO FREE PALESTINE

(Pnjajahan Di Atas Dunia Harus Dihapuskan Karena Tidak Sesuai Dengan Perikemanusiaan Dan Perikeadilan)

RUMAH GADANG

(Gonjong Ijuak Basalimuik Kabuik Di Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota)

SANG PROKLAMATOR

("Bebas Artinya Menentukan Jalan Sendiri, Tidak terpengaruh Oleh Pihak Manapun, Sedangkan Aktif Artinya Menuju Perdamaian Dunia dan Bersahabat Dengan Segala Bangsa" BUNG HATTA)

JAM GADANG BUKITTINGGI

(Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS 3:133-134))

Senin, 27 Oktober 2014

Tegaknya Syariat Islam BruneiE konomi Kuat, Pemimpin Taat

Sariaklaweh.blogspot.com:--BRUNEI Darussalam terus menjadi pusat perhatian. Sebabnya apalagi kalau bukan negeri Melayu ini yang mendeklarasikan syariat Islam sebagai hukum resmi. Deklarasi Brunei akan syariat Islam, di tengah himpitan arus besar ekonomi dunia saat ini adalah sebuah keberanian yang luar biasa. Namun, seperti kita tahu pula, negara ini memang kaya dan sejahtera.
Brunei memang hanya memiliki wilayah negara yang kecil. Tetapi, Brunei memiliki ekonomi yang sangat sehat, tumbuh pada tingkat yang lambat dan mantap. Ini tetap stabil dengan tingkat inflasi rata-rata 1,5% selama dua puluh tahun terakhir.
Orang-orang dari Brunei Darussalam juga menikmati kualitas hidup yang tinggi dengan perkiraan US $ 31,000 pendapatan per kapita, termasuk tertinggi kedua di kawasan ASEAN.
Ekonomi Brunei sendiri merupakan negara petrodollar yang telah didominasi oleh industri minyak dan gas selama 80 tahun terakhir. Sumber daya hidro karbon account selama lebih dari 90% dari ekspor dan lebih dari 50% dari produk domestik bruto.
Hari ini, Brunei adalah produsen minyak terbesar keempat di Asia Tenggara dan eksportir terbesar kesembilan gas alam cair di dunia.
Kelebihan Sistem Petrodollar Brunei
Namun, ada peningkatan kesadaran di negara ini yang menghabiskan sumber daya alam dan kebutuhan selanjutnya untuk diversifikasi ekonomi jauh dari ketergantungan pada minyak dan gas.
Rencana untuk masa depan termasuk upgrade tenaga kerja, mengurangi pengangguran, memperkuat sektor perbankan dan wisatawan, dan terus memperluas basis ekonomi di luar minyak dan gas.
Brunei mengimpor sekitar 80% dari kebutuhan pangan, dengan pemerintah menyubsidi kebutuhan pokok tertentu seperti beras, gula, dan susu. Pemerintah juga memberikan subsidi perumahan, listrik, air, dan minyak, serta memberikan pelayanan medis yang komprehensif dan pendidikan gratis sampai tingkat universitas.
Brunei juga mengoperasikan sistem mata uang papan dengan dollar Brunei (B $) yang dipatok terhadap dolar Singapura. Sehingga, kedua mata uang secara hukum dipertukarkan di Brunei dan Singapura.
Kekurangannya
Karena negara berkonsentrasi pada pengembangan untuk membangun ekonomi pengetahuan secara intensif, tampaknya memungkinkan untuk mengabaikan kelanjutan dan keterampilan outflow dari negara tersebut.
Setelah kemerdekaan, salah satu prioritas pemerintah yang paling penting adalah mendorong pengembangan Melayu Brunei sebagai pemimpin industri dan perdagangan.
Selain itu, sebagian besar pekerja asing dan penduduk Cina ditolak kewarganegaraannya. Dengan segala kelebihan ekonominya tersebut, didukung dengan para pemimpin yang dekat dengan agama, tak heran jika Brunei memang sudah seharusnya tampil di muka untuk mendeklrasikan diri sebagai negara penganut Syariah di dunia.

sumber:islampos.com

DESAK JOKOWI REALISASIKAN PENGHAPUSAN UN

Sariaklaweh.blogspot.com:--Penghapusan Ujian Nasional (UN) kembali disuarakan. Kali ini, akademisi Lampung mendesak pemerintahan Jokowi segera merealisasikannya untuk menyelamatkan masa depan pendidikan di Indonesia. Rektor IBI Darmajaya Andi Desfiandi menegaskan, kondisi UN saat ini tidak lagi sesuai tujuan awal kebijakan itu digulirkan. Jika semula bertujuan memetakan pendidikan di Indonesia, saat ini malah menjadi ajang pemimpin daerah saling berlomba mendapatkan nilai UN tertinggi. Tak hanya kepala daerah. Dalam mencapai peringkat tertinggi itu, banyak pelaku pendidikan yang menghalalkan segala cara. Mulai oknum guru dan siswa sampai Dinas Pendidikan (Disdik).

"Karenanya, saya setuju UN dihapuskan. Untuk apa diteruskan jika hanya membuat siswa memiliki mental tidak sportif karena berorientasi hasil? Apa yang didapat selama proses pembelajaran selama bertahun-tahun tidak hanya bisa dinilai dengan angka akhir,” ujarnya, kemarin. Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Lampung (Unila) Hasriadi Mat Akin mengutarakan hal sama. Dia mengatakan, pemetaan pendidikan dapat dilakukan dengan cara lain, tidak harus melalui UN. Misalnya dengan sistem random sampling. "UN itu dihapus sajalah. Para akademisi juga sejak dahulu sudah menyuarakan ini. Jika pemerintah ingin melakukan pemetaan bisa dengan cara lain. Sekarang kita sudah menjalani UN bertahun-tahun, apa perubahan yang didapatkan? Tidak ada!” tegas dia.

Menurutnya, pelaksanaan UN selama ini dianggap banyak memboroskan negara. Dari segi anggaran, setiap pelaksanaan UN dipastikan menyedot dana APBN yang tidak sedikit. Kemudian pihak perguruan tinggi juga turut andil dalam pelaksanaan kebijakan ini."Pemborosan anggaran namanya jika tiap tahun kita mengucurkan dana untuk pelaksanaan UN, tetapi nyatanya tidak membuahkan hasil. Lebih baik digunakan untuk yang lebih bermanfaat,” tandas Hasriadi. Selain itu, terusnya, efek negatif dari pelaksanaan UN ada siswa yang berambisi mendapat nilai tinggi meski melalui cara yang tidak dibenarkan. Sering ditemukan sehari sebelum ujian, mereka bukannya belajar, namun disibukkan untuk mencari kunci jawaban. Pihak guru yang selalu melarang untuk menyontek pada saat proses belajar, justru memperbolehkan tindakan tersebut saat UN. Semata-mata agar tidak mencoreng nama sekolah hanya karena ada siswa yang tidak lulus. "Kasus kebocoran soal juga sering terjadi. Jika ini diteruskan, bukannya membawa kemajuan, justru menambah kebobrokan,” pungkasnya.(yay/c1/ade)

sumber:JPNN.com

M. Nuh Berharap Anies Teruskan Kurikulum 2013

Sariaklaweh.blogspot.com:--Mohammad Nuh kemarin (26/10) resmi lengser sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud). Mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu berharap Menteri Budaya, Pendidikan Dasar, dan Menengah Anies Baswedan tidak terburu-buru mengganti kurikulum 2013. Nuh berharap kurikulum 2013 dipertahankan. "Saya nggak tahu kalau ada perubahan. Tapi, kalau jargonnya revolusi mental, itu tidak ada bedanya dengan Kurikulum 2013 (K-13)," kata Nuh saat berkunjung sekaligus pamitan ke Redaksi Jawa Pos kemarin (26/10).

Menurut dia, K-13 menekankan pentingnya kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Jika yang dimaksud revolusi mental sama dengan sikap, K-13 bisa terus diterapkan. Nuh yakin Anies tidak memilih langkah mundur, kembali ke kurikulum lama. "Kalau diubah, mau pakai apa" Pak Anies juga ikut merumuskan K-13," ujar mantan rektor ITS itu. Selain kurikulum, sistem ujian nasional (unas) tetap diberlakukan di kementerian baru. Sebab, penyatuan kuantitatif dan kualitatif masih mutlak dibutuhkan. Menurut Nuh, penghapusan unas akan menghilangkan standar. "Nggak bisa baca kemampuan antarsekolah. Dengan segala kekurangannya, unas masih penting," katanya.

Pasca-pengumuman menteri, Nuh belum mengadakan pembicaraan khusus dengan Anies. Dia hanya menitipkan sebuah buku berjudul Generasi Emas 2045. Buku itu berisi kumpulan hasil kerja yang sudah dilakukan selama kepemimpinan Nuh. Dia berharap Anies meneruskan hal yang baik dan membenahi yang buruk. Karena itu, Nuh berpesan, masalah mendasar yang harus dituntaskan adalah akses dan kualitas. Yakni, daerah terpencil dan warga ekonomi terbatas bisa menikmati pendidikan. Kemudian, meningkatkan kualitas guru, kurikulum, dan infrastruktur. Mengenai pecahnya Kemendikbud menjadi dua kementerian, Kementerian Budaya dan Dikdasmen serta Kementerian Riset dan Dikti, Nuh lebih menyoroti soal nomenklatur dikdasmen. Dalam UU Sisdiknas, jenjang pendidikan itu mulai PAUD. "PAUD tidak disebut. Kesannya tidak mengakomodasi anak usia dini. Tapi, itu kewenangan pemerintahan baru," tegasnya. Akibat penambahan tersebut, 210 ribu sekolah se-Indonesia harus mengganti papan penanda nama kementerian.(nir/c6/tom)

sumber: JPNN.com

MELAWAN LUPA

Sariaklaweh.blogspot.com:--Hujan yang terus mengguyur sejak tadi malam menimbulkan dampak yang luar biasa bagi warga Sariak Laweh terutama Sawah Padang. Betapa tidak, jembatan yang selama ini menjadi urat nadi perekonomian mereka anjlok diterjang air yang datang dari hulu melebihi kapasitas yang biasanya. Saat kejadian , salah seorang warga Sawah Padang bernama M. Zen, yang melewati jembatan tersebut kira-kira jam 01.00 dini hari menuturkan kabel yang menghantarkan listrik ke jorong penghasil pasir ini mengeluarkan kilatan-kilatan api, disebabkan bergesekan dengan dedaunan yang basah karena air hujan. dan jarak jembatan dengan air sungai tinggal sejengkal. Berkemungkinan air kiriman tersebut merobohkan jembatan satu jam setelah M. Zen melewati jembatan tersebut.  Bisa dikatakan Jorong yang biasa disebut juga dengan Pokan Sotu tersebut terisolasi pada pagi harinya.  Bahkan siswa SMPN 1 Kec. Akabiluru yang tinggal di lokasi ini tak satupun yang mengikuti pelajaran di hari naas tersebut. Tetapi ada sosok yang luar biasa di pagi itu, seorang anak manusia kenamaan (Almarhum) M. Darlis, waktu itu beliau menjabat sebagai wakil kepala bidang kesiswaan tetap bersikukuh, agar supaya tugasnya di hari itu tidak terlewatkan hanya karena alasan "jambatan anyuik". Semoga saja pengabdian dan ilmu yang telah beliau semai menjadi penolong dan penguat bahwan jannah memanglah pantas untuk menjadi tempat beliau dan juga kita bisa berkumpul lagi dengan beliau nanti di Jannatul Firdaus hendaknya. amin..

UMAR BIN KHATTAB MENETAPKAN AWAL TAHUN HIJRAH

Sariaklaweh.blogspot.com:--Sampai saat wafat Rasulullah saw belum ada penetapan kalender Islam yang dipakai sebagai patokan penanggalan. Pada waktu itu, catatan yang dipergunakan kaum muslim belum seragam.

Ada yang memakai tahun gajah, peristiwa bersejarah, yaitu tahun penyerangan Abrahah terhadap ka’bah dan kebetulan pada saat itu bertepatan dengan tanggal kelahiran Rasulullah saw. Ada pula yang menggunakan tahun diutusnya Rasulullah saw sebagai nabi, atau awal penerimaan wahyu. yang penting mereka belum mempunyai penanggalan yang tetap dan seragam. Pada zaman khalifah Abubakar ra sudah mulai para sahabat melontarkan gagasan tentang perlunya adanya penanggalan. tapi belum pula diterapkan.

Penetapan penanggalan yang dipakai oleh umat Islam dimulai pada zaman khalifah Umar ra. Menurut keterangannya, ide ini diterapkan setelah beliau menerima sepucuk surat dari Abu Musa al-asy’ari yang menjadi gubernur di Bashrah, isinya menyatakan ”Kami telah banyak menerima surat perintah dari anda tapi kami tidak tahu kapan kami harus lakukan. Ia bertanggal Sya’ban, namum kami tidah tahu Sya’ban yang mana yang dimaksudkan?”

Rupanya surat Abu Musa diterima oleh khalifah Umar ra sebagai saran halus tentang perlu ditetapkannya satu penanggalan (kalender) yang seragam yang dipergunakan sebagai tanggal bagi umat Islam.

Budaya penanggalan ini rupanya belum ada dalam Islam sedangkan penanggalan Masehi sudah diterapkan sebelum adanya Islam beberapa abad lalu.Tapi Islam adalah agama yang menerima budaya dari luar semasih budaya itu baik dan tidak bertentangan dan keluar dari rel agama. contohnya; disaat Rasulullah saw berada di Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 muharam. Beliau bertanya kenapa mereka berpuasa. Lalu dijawab karena hari itu nabi Musa as diselamatkan dari serangan Fir'aun. Rasulullah saw mejawab “kita lebih utama dari mereka atas nabi Musa”. Maka beliau menganjurkan umat Islam untuk berpuasa, dan dianjurkan pula berpuasa sebelumnya atau sesudahnya. Tujuanya untuk tidak bertasyabbuh (menyamakan) dengan Yahudi. Contoh lain, disaat Rasulullah saw mengirim surat kepada penguasa dunia, beliau disarankan untuk membubuhi surat-surat beliau dengan stempel, karena mereka tidak mau menerima surat-surat kecuali ada stempelnya. Nabi pun menerima saran tersebut. Lalu beliau membuat stempel yang berupa cincin tertulis “Muhammad Rasulullah”.

Kemudian khalifah Umar ra menggelar musyawarah dengan semua sahabat Nabi saw untuk menetapkan apa yang sebaiknya dipergunakan dalam menentukan permulaan tahun Islam. Dalam pertemuan itu ada empat usul yang dikemukakan untuk menetapkan penanggalan Islam, yaitu :

1. Dihitung dari mulai kelahiran nabi Muhammad Saw
2. Dihitung dari mulai wafat Rasulullah saw
3. Dihitung dari hari Rasulullah saw menerima wahyu pertama di gua Hira
4. Dihitung mulai dari tanggal dan bulan Rasulullah melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah

Usul pertama, kedua dan ketiga ditolak dan usul yang terakhir merupakan usul yang diterima suara banyak. Usul ini diajukan oleh imam Ali bin Abi Thalib ra. Akhirnya, disepakatilah agar penanggalan Islam ditetapkan berdasarkan hijrah Rasulullah saw dari Mekkah ke Medinah.

Ketika para sahabat sepakat menjadikan hijrah Nabi saw sebagai permulaan kalender Islam, timbul persoalan baru di kalangan mereka tentang permulaan bulan kalender itu. Ada yang mengusulkan bulan Rabiul Awal (sebagai bulan hijrahnya Rasulullah saw ke Medinah). Namun ada pula yang mengusulkan bulan Muharram. Akhirnya khalifah Umar ra memutuskan awal bulan Muharam tahun 1 Islam/Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M. Dengan demikian, antara permulaan hijrah Nabi sa dan permulaan kalender Islam terdapat jarak sekitar 82 hari.

Jadi, peristiwa penetapan kalender Islam oleh khalifah Umar ra ini terjadi tahun ke 17 sesudah hijrah atau pada tahun ke-4 dari kekhalifahan beliau.

Dari latar belakang sejarah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :

Penetapan bulan Muharram oleh Umar bin khattab ra sebagai permulaan tahun hijriah tidak didasarkan atas peringatan peristiwa hijrah Nabi. Buktinya beliau tidak menetapkan bulan Rabiul Awwal (bulan hijrahnya Rasulullah saw ke Medinah) sebagai permulaan bulan pada kalender hijriah. Lebih jauh dari itu, beliau pun tidak pernah mengadakan peringatan tahun baru hijriah, baik tiap bulam Muharram maupun Rabiul Awwal, selama kekhalifahannya.

Peringatan tahun baru hijriah pada bulan Muharram dengan alasan memperingati hijrah nabi ke Madinah merupakan hal yang kurang pas, karena Rasulullah saw hijrah pada bulan Rabiul Awwal bukan bulan Muharram.

Menyelenggarakan berbagai bentuk acara dan upacara untuk menyambut tahun baru hijriah dengan begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru adalah hal yang tidak pernah disarankan agama.

sumber: islamedia.co

LAMARAN DITOLAK, PEMUDA INIPUN NEKAT MENGHAPAL ALQURAN

Sariaklaweh.blogspot.com:--Niat baik tidak selamanya dianggap baik, mungkin inilah yang dialami seorang pemuda yang tinggal di pelosok sebuah desa di daerah Bekasi. Daud Dzal Aidi, begitulah nama lengkap pemuda tersebut, seperti sebuah nama nabi yang tercantum di dalam Al-Quran pada surat Shad [38] ayat 17, “Daud yang memiliki kekuatan”. Orang tua Daud bukan seorang ulama, tapi kedua orang tuanya cinta terhadap ulama, nama anaknya itu pun adalah sebuah pemberian dari seorang ajengan yang alim dan hafizh di daerah Garut.

Daud adalah seorang pemuda yang polos, bisa dikatakan belum banyak terinfeksi pergaulan bebas anak muda zaman sekarang. Daud pun tidak terbiasa bergaul dengan lawan jenis terlalu jauh, hanya sekadar muamalah biasa. Namun ternyata Daud memendam perasaan terhadap seorang wanita yang pernah ditemuinya sekilas dalam acara seminar remaja Islam di Jakarta, Fatimah namanya, kebetulan Daud menjadi panitianya dan Fatimah yang membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Daud terkesan dengan suara indah dan lengkingan ayat-ayat yang dibacakan oleh Fatimah seakan sudah menguasai betul nagham dalam ilmu tilawah, mulai dari bayati, shoba, hijaz dan sebagainya.

***

Singkat cerita tiga bulan kemudian, Daud rupanya sudah ada niat ingin melamar Fatimah, sinyal cinta itu timbul begitu saja, percakapan seperlunya pun hanya melalui pesan singkat sms. “Fatimah, saya mau silaturahim ke rumah orang tua kamu, boleh saya minta alamat lengkapnya, maaf jika kurang berkenan,” setelah berpikir panjang dengan kata-katanya akhirnya sms itu terkirim juga. “Iya kak, silakan datang saja, rumah orang tua saya yang bercat putih percis di dekat gerai batik, atau tanya saja di mana rumah Bapak Ahmad Mubarak, insya Allah semua tahu.” Balas Fatimah dengan perasaan penuh harap dan cemas.

Setelah mencari sana-sini bersama kawan akrabnya, Amir, Daud pun akhirnya sampai juga di kediaman orang tua Fatimah di bilangan Jakarta. Dengan sedikit perasaan tegang karena pengalaman pertama menghadap orang tua calon belahan jiwa yang ingin dilamar, sebagai sahabat Amir pun langsung menyejukkan suasana agar Daud tetap tenang dan santai. Masuklah mereka setelah diizinkan oleh tuan rumahnya, kemudian bersalaman kepada bapak dan ibunya Fatimah, obrolan pun dimulai dan inilah yang terkenang.

“Fatimah sudah banyak cerita tentang kamu, ayah pun paham kondisi kejiwaannya ketika dia menyukai sesuatu yang diinginkan, dan ngambeknya dia ketika keinginannya tidak tercapai, tapi dia lebih dewasa dari kakaknya, Aisyah.” Ujar ayah Fatimah dengan penuh wibawa menjelaskan tentang tabiat dan sedikit kepribadian anak perempuannya itu.

“Iya pak, maksud kedatangan saya pun ke sini untuk silaturahim dan juga ada niat ingin mengkhitbah Fatimah putri bapak, itu pun jika belum ada yang taqdim (mengajukan lamaran), mohon maaf bila kurang berkenan dan terkesan kurang sopan, jika diterima saya akan langsung bicara ke orang tua saya di kampung untuk mengadakan proses khitbah secara resmi,” Daud pun menjelaskan maksud kedatangannya hendak melamar Fatimah. Meski agak sedikit gugup, namun Daud akhirnya merasa plong.

“Maaf ya Daud, ibu bukannya tidak percaya sama kamu, ibu cuma khawatir bagaimana nanti kehidupan rumah tangga anak ibu jika kamu sendiri belum memiliki pekerjaan tetap. Sebenarnya ibu pun sudah punya calon untuk Fatimah, putranya kawan ibu yang kebetulan masih satu kantor sama bapak, dia sudah siap segalanya.” Sang ibu langsung memotong pembicaraan karena sudah tahu di mana keluarga Daud tinggal, yaitu di kampung pedesaan. Daud paham dan sadar bahwa dirinya bukanlah anak orang berada, sebenarnya Daud pun tidak mengetahui sebelumnya kalau ternyata Fatimah anak seorang pejabat yang disegani. “Iya bu, saya paham kondisi saya sekarang, tapi saya tetap berusaha memiliki pekerjaan yang halal dan baik, tentunya saya pun merasa nyaman dengan pekerjaan itu, tidak gelisah. Saya berterima kasih kepada ibu dan bapak karena sudah menerima saya untuk bersilaturahim, saya mohon maaf jika kehadiran saya mengganggu waktu ibu dan bapak.”

Daud pun pamit kepada kedua orang tua Fatimah, sebelum meninggalkan rumah, ayahnya Fatimah menghampiri Daud di pintu gerbang rumahnya, beliau berkata kepada Daud, “Nak, ayah sangat bangga kepadamu atas keberanian kamu hendak melamar Fatimah, ayah sebenarnya setuju saja jika kamu nantinya menjadi imam buat Fatimah, rasanya baru kemarin ayah mengasuh dan mendidiknya, ternyata Fatimah sekarang sudah dewasa. Maaf ya nak, ayah tidak tahu kalau ternyata ibu sudah mempunyai calon suami buat Fatimah. Kamu harus menjadi lelaki yang kuat, tetap berikhtiar, dan tentunya harus menyertakan Allah dalam setiap keputusanmu, ayah doakan kamu mendapatkan calon istri yang terbaik.” Nasihat ayah Fatimah yang cukup bijak.

“Terima kasih pak, semoga putri bapak juga mendapatkan calon suami yang bisa membimbing Fatimah dalam mahligai pernikahan yang diridhai Allah ta’ala.” Daud pun mencium tangan ayah Fatimah sebagai rasa takzim kepadanya dan langsung berpamitan. “Kak, maafkan Fatimah dan kedua orang tua Fatimah jika silaturahim kakak jadi kurang berkesan, Fatimah tidak tahu jika ibu ingin menjodohkan Fatimah dengan orang lain. Fatimah akan bicara ke ibu kalau Fatimah tidak mau dijodohkan. Kak, besok Fatimah mau kembali ke KL, melanjutkan kuliah. Doakan Fatimah.”

Fatimah langsung mengirimkan sms ke Daud, ia merasa sangat khawatir jika Daud kecewa. “Tidak ada yang perlu dimaafkan dan tidak ada yang salah, justru saya yang mohon maaf. Ikuti saja nasihat ibu, beliau tahu mana yang baik untuk anaknya, jangan mengikuti hawa nafsumu. Kakak doakan semoga perjodohan itu bisa membuat kamu lebih fokus dalam belajar karena sudah jelas tujuan hidupnya.” Tutup Daud seraya mendoakan yang terbaik untuk Fatimah.

***

Hari berganti hari, tepat pada hari Sabtu pagi setelah shalat subuh, terlihat Daud khusuk mendengarkan pengajian tafsir di sebuah masjid raya kota Bekasi yang dipimpin ustad Abdul Hakim. Ustad Abdul Hakim adalah seorang imam besar yang sangat masyhur keahliaannya dalam bidang tafsir Al-Quran, beliau lulusan Al-Azhar Mesir, tak aneh bila setiap ada jadwal kajian masjid selalu penuh, banyak jamaah dari jauh yang juga sengaja datang untuk mendapatkan pencerahan ilmu dan hikmah darinya.

“وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Ayat 32 dari surat An-Nur ini adalah anjuran untuk menikah, maksudnya, hendaklah laki-laki yang belum menikah atau tidak beristri atau wanita-wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat menikah. Oleh karena itu, anggapan bahwa apabila menikah seseorang dapat menjadi miskin karena banyak tanggungan tidaklah benar. Dalam ayat ini terdapat anjuran menikah dan janji Allah akan memberikan kecukupan kepada mereka yang menikah untuk menjaga dirinya. Allah mengetahui siapa yang berhak mendapat karunia agama maupun dunia atau salah satunya dan siapa yang tidak, sehingga Dia berikan masing-masingnya sesuai ilmu-Nya dan hikmah-Nya. Jika sudah siap lahir bathin, segeralah menikah!

Bagi yang belum mampu, Allah telah menjelaskan pada ayat setelahnya. Allah memerintahkan kepada kita untuk menjaga kesucian diri dan mengerjakan sebab-sebab yang dapat menyucikan diri, seperti mengalihkan pikiran dengan menyibukkan diri dalam kegiatan positif dan melakukan saran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu berpuasa.” Demikian salah satu isi kajian ustad Abdul Hakim yang dibawakan dengan penuh kewibawaan dan retorika yang lantang. Ternyata tema pembahasan tafsir kali ini sangat menyentuh hati dan perasaan Daud, dia terpana dengan penggalan ayat ini, “Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya”.

Setelah pengajian usai, Daud pun langsung menghampiri sang ustad, rupanya dia ingin bicara empat mata seraya mencurahkan masalah dan ujian hidup yang dialaminya agar diberikan solusi yang tepat dan mencerahkan. Akhirnya Daud diajak ke kamar khusus imam di lantai 2 masjid. Dengan panjang lebar Daud bercerita tentang semua hal yang terjadi dalam perjalanan hidupnya, tak terasa air mata Daud pun berlinang. “Mas Daud, kita tidak memiliki kemampuan untuk mengubah masa lalu dan tidak mampu menggambarkan masa depan dengan gambaran yang kita kehendaki, lalu mengapa kita bunuh diri sendiri dengan bersedih atas apa yang kita tak mampu mengubahnya??!!

Bersabarlah dengan skenario Allah yang indah.” Banyak kata-kata hikmah yang keluar dari lisan keikhlasan sang ustad, akhirnya Daud bertekad ingin bangkit kembali, bangun dari tidur yang panjang. Ada satu azzam Daud yang sungguh luar biasa, yaitu ingin mengkhatamkan hafalan Al-Quran 30 juz dan memohon kepada ustad Abdul Hakim untuk mendengarkan hafalannya sampai tuntas, karena hatinya bergetar ketika sang ustad menyarankan untuk menghafal Al-Quran, sebab Al-Quran merupakan obat dari berbagai macam penyakit. Air mata Daud pun langsung terurai menetes ketika ustad Abdul Hakim membacakan sebuah hadis keutamaan seorang penghafal Al-Quran yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya,

“Dari Buraidah al-Aslami Ra., ia berkata bahwasanya ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Pada hari kiamat nanti, Al-Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al-Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya, ‘Apakah Anda mengenalku?’ Penghafal tadi menjawab, ‘Saya tidak mengenal kamu.’ Al-Quran berkata, ‘Saya adalah kawanmu, Al-Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya, setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan.’ Maka, penghafal Al-Quran tadi diberi kekuasaan di tangan kanannnya dan diberi kekekalan di tangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya, ‘Kenapa kami diberi pakaian begini?’ Kemudian dijawab, ‘Karena anakmu hafal Al-Quran.’ Kemudian, kepada penghafal Al-Quran tadi diperintahkan, ‘Bacalah dan naiklah ke tingkat-tingkat surga dan kamar-kamarnya.’ Maka, ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil).”

***

Setelah melewati masa-masa sulit dalam menghafal Al-Quran, alhamdulillah akhirnya Daud dapat mengkhatamkan hafalan Al-Quran dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun.
Ustad Abdul Hakim merasa bangga dan terharu atas kegigihan dan kesungguhan Daud, ustad Abdul Hakim pun memberikan sanad hafalannya ke Daud dan berpesan kepada Daud yang dikutip dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh imam Bukhari, “Jagalah Al-Quran, demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, Al-Quran itu lebih cepat lepas dari pada seekor onta dari ikatannya.” Sungguh nasihat yang penuh makna. Setelah itu giliran Daud yang ingin diajak bicara empat mata oleh ustad Abdul Hakim, rupanya ada satu hal penting lagi yang ingin disampaikan sang ustad berkaitan dengan jodoh.

“Mas Daud, maaf jika ini menyinggung perasaan mas Daud. Ada orang tua yang datang kepada saya, kebetulan masih jamaah saya juga, namanya bapak Abdullah, seorang pemimpin perusahaan elektronik di Jakarta, Ph.d lulusan Amerika, dia memiliki 3 putri cantik, dia ingin minta dicarikan calon suami untuk anaknya, kriterianya hanya bisa membimbing putrinya dalam hal agama, menjadi imam yang baik buat putrinya.” Dengan penuh kehati-hatian ustad Abdul Hakim menyampaikannya, tapi tetap dengan kekhasan senyuman di wajahnya yang bersinar.

“Sebelumnya saya berterima kasih karena ustad sudah menyampaikan hal itu, tapi saya mohon maaf, bukan saya menolak, tapi saya takut tidak bisa mengikuti keinginan yang biasa keluarga dia lakukan, karena saya terbiasa hidup sederhana dan memang dari keluarga sederhana.” Jawab Daud juga dengan rona wajah takut mengecewakan perasaan guru ngajinya itu.

“Ya sudah, sekarang kamu istikharah, jangan lupa hal ini diberitahu ke orang tuamu di kampung.” Demikian nasihat Ustad Abdul Hakim kepada Daud.
“Insya Allah, ustad.” Tutup Daud.

***

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Akhirnya Daud pun menemukan belahan jiwanya, putri bungsu bapak Abdullah, Nourhan Abdullah. Putri bungsu yang manja dan ceria, lulusan Psikologi Universitas Indonesia, itulah bidadari surga yang dipersunting Daud menjadi istrinya. Kini hidup Daud penuh keberkahan, dia memimpin sebuah pesantren tahfizh modern di Bogor, yang juga mempelajari sains dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Pesantren Al-Quran dan Teknologi Fakhruddin Ar-Razi, Daud mengambil berkah dari nama seorang ulama yang sangat terkenal dan sangat berpengaruh pada masanya itu. Ia menguasai berbagai disiplin keilmuan baik di bidang ilmu-ilmu sosial maupun bidang ilmu-ilmu alam (eksakta). Ar-Razi juga seorang sastrawan, penyair, ahli fiqh, ahli tafsir, ahli hikmah, ahli ilmu kalam, seorang dokter medis dan sebagainya. Sehingga tidak diragukan lagi banyak para ilmuwan yang belajar kepada beliau baik para ilmuwan dalam negeri maupun para ilmuwan luar negeri.

***
Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari kisah di atas adalah, “Kalau datang kepadamu seorang laki-laki yang kamu sukai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah. Kalau tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi.” Demikian pesan nabi Muhammad Saw. kepada para orang tua, khususnya yang memiliki putri yang belum menikah. Sangat wajar bila para orang tua memiliki kekhawatiran terhadap nasib anak-anak mereka di masa mendatang, khususnya anak perempuan. Namun Rasulullah Saw. telah memberikan petunjuk dalam memilihkan jodoh untuk anak perempuan. Kuncinya ada dua: agama dan akhlak, karena agama tanpa akhlak akan cacat, sedangkan akhlak tanpa agama percuma.



Minggu, 26 Oktober 2014

Menjagamu, Menjaga-Nya

Sariaklaweh.blogspot.com:--Akankah nama kita bersanding dalam satu nama undangan? Begitu perasaan ini membuncah ketika kau berkata akan dijodohkan pada tempat pengajian yang aku kenalkan padamu, Al Ihya. Rabu, 27 juni 2012 pukul 10.00 wib, tanggal itu akan menjadi peristiwa yang menyesakkan jika dirinya bersanding dengan lelaki lain. Inilah pertama kalinya aku memperjuangkan nama seorang gadis.

Selepas pekerjaan, di bawah senja aku menelpon ibu tersayang, memohon restu padanya, agar nama Muhamad Syahrul Ramdhani bisa bersama Henita Ulfah tertulis di buku nikah, menjadi sepasang yang bahagia. Kejadian yang super cepat, dengan berbekal nekat aku bersama orang yang telah mengandung diriku selama 9 bulan melangkahkan kaki menuju rumahnya.Nekat? Di kantong tak ada uang sepeserpun. Hanya tujuan mulia ingin meminang gadis yang sudah beberapa hari namanya tertanam di bilik hatiku.

Masih teringat jelas, bekas hujan menjadi syahdu. Setelah aku menjadi imam shalat maghrib di rumah gadis harapanku. Dengan mantap aku menyatakan ketulusan niat untuk menjadi imamnya selama-lamanya.

“Hmm. Akan dijodohkan Heni oleh pak Kiyai. Tapi, bapak sendiri belum tahu putri bapak akan dijodohkan oleh siapa. Jika Nak Syahrul mau datanglah ke Kiyai, tanyakan pada pak Kiyai mengenai perjodohan Heni.Malam ini ada pengajian rutin di Al Ihya. Pak Kiyai ada di sana”
Masih terus kuperjuangkan seorang Henita Ulfah. Setelah mendengar ucapan teduh dari ayahnya. Aku langsung tak berdiam diri. Setelah berpamit mencium tangan yang aku harap kelak dia adalah mertuaku, kini aku menembus gelapnya malam. Menyalakan motor dan pergi bersama wanita yang telah membesarkanku. Perjalanan ini rasanya tidak begitu mudah, tapi aku percaya karena tiket ridha Allah sudah aku pegang, tiket yang berasal dari ibuku sayang.

***

Kini aku duduk bersama seorang yang aku harapkan adalah mertuaku kelak, juga bersama ayah. Sore tadi kiyai menelpon kami. Menyuruh kami untuk hadir di tempatnya. Entahlah apa yang akan terjadi? Aku harus menyiapkan hati yang sangat lapang jika tawaran keinginanku untuk menggenapi gadis berkecamata itu ditolak. Bagaimanapun aku masih percaya Sang Pecinta akan memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Sungguh minggu malam yang tidak biasanya, minggu malam yang membuat jantungku berdegup tak karuan.

“Kalau akad dilangsungkan besok lusa, rabu malam siapkah Rul? Nggak usah nyiapin apa-apa. Sudah abah siapkan semuanya. Kamu datang aja ke sini nanti rabu malam, gimana?” Abah sapaan hangatnya, sangat santainya berkata demikian sambil memainkan janggutnya.
“Apa secepat ini kah? Rencananya setelah Idul Adha atau bahkan 2 tahun depan lagi seteleh saya mendapatkan gelar sarjana akan melakukan akad. Tapi kiyai meminta 2 hari lagi atau jika saya menunda maka Heni akan lepas begitu saja?” Batin bergejolak, pikiran tak karuan. Sungguh kaget, awalnya aku mengira tak bisa bersama dengannya.Tapi kiyai merestui dan menyuruhku untuk segera menyempurnakan agamaku dengan gadis yang sering kuberikan hadiah MP3.

“Bismillah, saya siap abah…” Ucapku penuh dengan tekad. Sebenarnya aku pun masih bingung dengan apa yang dimaksud oleh pak Kiyai, “Tidak usah mempersiapkan apapun. Karena segala sesuatunya sudah dipersiapkan olehnya.”

Hingga berkas setumpuk itu hadir di hadapanku, harus aku kerjakan dan diisi dengan baik. Berkas syarat agar pernikahanku diakui oleh negara. Tidak usah datang ke kantor KUA. Bahkan ketua KUAnya yang datang mengetuk pintu rumah dan memintaku untuk mengerjakannya dengan sangat baik dan teliti. Dan, siapakah yang menyuruhnya datang ke Jln.Mayjen Ishak Djuarsa No.6/184 Kel.Gunungbatu, rumahku ini?

“Saya muridnya abah, Nak Syahrul” Senyumnya yang ramah sambil menyodorkan berkas yang menumpuk itu.

Mengurus nikah yang bisa lamanya berpuluh hari, berminggu-minggu dan aku hanya menyelesaikanya hanya dua hari. Ah keajaiban yang tiada tara. Akupun sangat bersemangat menyambut hadiah ini. Hadiah dari sang Kuasa untuk mereka yang mau menjaga. Semoga aku termasuk dalam orang yang menjaga kesucian cinta.


***

Memang, nama seorang lelaki Muhammad Syahrul Ramdhani dan Henita Ulfah tidak akan pernah bersanding di surat undangan. Tapi nyatanya kita kini sudah bersanding di pelaminan. Pernikahan yang kilat ini tentu memberikan efek, hingga aku tak dapat menyebarkan undangan dengan surat-surat seperti para pemuka hajat umumnya. Hanya bermodal saldo pulsa, aku pun seolah menjelma menjadi seorang EO yang sedang menjarkomkan acara penting. Berderet nama yang berada di phone book aku kirimkan. Ingin rasanya bisa merasakan menyebarkan undangan, tapi itu tidak mampu aku lakukan. Melalui sebuah telepon genggam juga lisan aku utarakan kebahagiaanku untuk mengundang para sahabat, kawan kantor, juga keluarga besar. Rasa bersalah bermunculan ketika ada banyak nama yang lupa aku kabari akan hari yang yang bersejarah bagi seorang Dhani.

Bahkan aku pun masih tak percaya bisa mengenakan pakaian pengantin, dengan baju berwarna hitam dan payet-payet yang menawan. Belum lagi di sudut ruangan sana, sudah tersedia makanan yang disajikan untuk para tamu undangan. Bukan berupa makanan ringan, tapi sama seperti orang yang mempunyai hajatan, makanan berat. Nasi dan lauk pauk yang menemaninya.

Padahal ketika aku melangkahkan kaki ke tempat ini, aku hanya mengenakan koko putih, juga membawa kue-kue hasil masakan ibu tersayang. Aku kira akan berjalan dengan sangat sederhana. Tapi, ternyata Abah sudah menyiapkanya dengan sangat sempurna. Kursi pelaminan, sajian makanan yang terpisah untuk tamu perempuan dan laki-laki dengan jumlah tamu undangan sebanyak lima ratus orang. Tentu bukan angka yang sedikit bukan? Ah jika ini menggunakan tabunganku, rasanya sungguh sangat tidak mencukupi. Lantunan shalawatpun menambah khidmat sejarahku ini.

***

“Jagalah Allah di hatimu, maka Allah akan menjagamu”
Sebuah quote yang masih terpatri dalam jiwaku hingga hari ini. Sungguh sejarah yang telah tertoreh indah. Bahkan aku tidak membayangkan sudah bisa memiliki prajurit gagah yang kini sudah bisa berjalan. Jika tanpa rencana-Nya, 2014 adalah targetku untuk menyempurnakan agama, tapi Sang Penggenggam jiwa berkata lain, rencana untuk menabung persiapan dua tahun lagi.


Allah menggerakan semuanya, memiliki buku nikah, ijab qabul dengan cepat menjadi dua minggu dan dua hari. Mustahil bukan? Saat itu tabunganku menipis, tak cukup mengadakan resepsi yang dihadiri sebanyak 500 orang.Tapi aku berhasil menikah hanya mengeluarkan uang untuk mahar, mengadakan resepsi yang menurutku perlu berbayar mahal tapi aku mendapatkannya dengan cuma-cuma.Tanpa Kuasa-Nya ini sungguh mustahil. “Terima kasih Abah!”

Bahkan bisa menjadi imam gadis manis itu saja belum pernah aku rencanakan jauh hari. Tidak kuduga, Bagaimana mungkin teman sekantor yang saban hari aku selalu adu mulut dengannya, tiada hari tanpa berbeda pendapat, berselisih, dan tak bosan juga untuk beberapa hari berikutnya berdamai kembali. Kini Henita Ulfah adalah tulang rusukku.

Bagaimana mungkin gadis yang sangat rapi mengenakan jilbab itu, berbeda bagian tugas kerja, kini bisa menjadi orang yang terpenting mengatur keuangan rumah tanggaku? Ya, kini aku tidak bosan bisa bertemu dengannya, berjumpa dengannya.

Apakah ini sebutan beken dari ‘kawan menjadi pacar?’ Jika orang sering berkata demikian. Itu sungguh salah besar. Aku adalah seorang bernama Muhammad Syahrul Ramdhani, lahir di bulan suci. Begitupun aku mencari penggenap diri tidak mau dipenuhi hal buruk, ya aku adalah pria yang menolak sebuah hubungan berupa pacaran. Aku ingin mendapatkan sebuah kebaikan, menjalani cinta suci, agar Sang Kuasa meridhainya.


Istilah lain yang sering aku temukan ‘temen menjadi demen?’ Apa itukah? Rasanya sulit untuk mencerna dalam pikiran. Toh aku dan Heni adalah teman yang sering berdebat. Kemudian bertingkah seperti anak kecil yang bertengkar dan beberapa hari berikutnya berdamai, karena khawatir menabung dosa. Kejadian ini tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Lantas cocok kah aku dengan istilah ‘temen menjadi demen?’

“Setiap akhir pekan kau kemana Hen?” Ajaib. Sejak kapan bibirku bertanya demikian. Mungkin Allah menggerakan hati dan lisanku untuk menjadi seorang yang ramah.
“Hanya membantu orang tua? Ah sayang sekali, aku sarankan kau ke pengajian Al-Ihya” Jawabku setelah mendengar jawaban suara lembutnya.


Salah satu hobiku adalah menghasut orang agar berada di salah satu tempat terindah itu, Al-Ihya. Suatu tempat favoritku. Tempat berkumpulnya orang yang ingin menjadi baik dengan dipenuhi ilmu-ilmu yang disampaikan pak Kiyai. Ya, walaupun aku bukanlah santri di pondok Al-Ihya, aku adalah peserta pengajian umum yang selalu hadir dan duduk rapi mendengar semua tausiyah dan ilmu yang disampaikan oleh pak Kiyai. Semoga ajakan itu bisa membuat gadis yang selalu mengajakku rusuh itu tergoda untuk kesana.

Syahrul, jadwal pengajian minggu nanti mengenai apa? Jam berapa?
Sebuah pesan masuk. Gadis dengan pemiliki sapaan Heni itu sudah beberapa kali menanyakan jadwal pengajian. Dan kini dia sama rajinnya denganku menjadi peserta pengajian di pesantren pak Kiyai. Hanya sebatas ber-sms menanyakan jadwal pengajian di Al-Ihyalah yang membuat kami berkomunikasi. Mungkin, kalau dia tidak pernah ke Al-Ihya kita akan sangat jarang berkomunikasi. Bahkan aku tak peduli dia mau kesana dengan menggunakan apa? Mungkin kebanyakan pria yang mengaku gentle, akan menjemput dan mengantar seorang gadis ke tempat yang dituju. Ah aku adalah aku, masih berpegang kuat untuk menjaga interaksi, tak pernah aku berniat untuk membonceng Heni sebagai bentuk peduliku dan kagumku karena dia mau mengaji di Al-Ihya. Aku hanya bisa berdoa untuknya agar sepanjang perjalanan diberikan kemudahan, keselamatan dan keberkahan. Inikah yang disebut ‘demen’ dan ‘pacar’? Tentu bukan.


***

Dari Thabrani meriwayatkan, dari Aisyah ra.bahwa, “Biasakanlah kamu saling memberi hadiah, niscaya kamu akan saling mencintai.”Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

Apakah itu penyebab ada rasa yang berbeda kepada gadis kelahiran 22 Jul 1991? Ya, aku hanya ingin menjadi seorang yang bermanfaat untuk di sekitar. Hingga berniat manghapus kesalahan ku yang dulu-dulu karena sering beradu mulut dengannya. Maka aku pun sering memberikan hadiah berupa MP3 murattal. Hingga rasa itu semakin saja memasuki bilik jiwaku, aku mencoba bertahan, menjaga untuk terus memegang kuat prinsipku dengan tidak berpacaran.

MP3 berupa tausiyah itu menjadi hadiah yang sering aku berikan padanya. Ya, mempersiapkan jika garis takdir-Nya menyandingkan namaku dan namanya di surat undangan aku sudah membekalinya dengan ilmu-ilmu yang tersimpan di MP3 itu. Sebuah pengharapan yang aku labuhkan pada Sang Maha Pecinta.

***

Kini si gadis yang sering menjadi kawan berselisih, menjadi kekasihku. Kekasih halalku. Dialah wanita pertama yang aku gandeng tangannya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Rasa syukur tak henti, tahmid mengaliri lisanku. Inilah cinta-Nya. Bisa menggenapi seorang gadis yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya, dimudahkan dalam proses untuk bersamanya, berkas-berkas KUA yang merumitkan, biaya nikah yang tidak sedikit, itu berjalan dengan mudah. Inikah sebuah hadiah dari ‘Jagalah Allah di hatimu, maka Allah akan menjagamu?!’ (Annisa Sofia Wardah)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/08/19/55960/menjaga-kamu-menjaga-nya/#ixzz3HGkAtzYV 

Mohammad Yamin

Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di TalawiSawahluntoSumatera Barat24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemudasekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia

Latar belakang

Mohammad Yamin dilahirkan di TalawiSawahlunto pada 24 Agustus 1903. Ia merupakan putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang. Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima istri, yang hampir keseluruhannya kelak menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-saudara Yamin antara lain : Muhammad Yaman, seorang pendidik; Djamaluddin Adinegoro, seorang wartawan terkemuka; dan Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain itu sepupunya, Mohammad Amir, juga merupakan tokoh pergerakankemerdekaan Indonesia.
Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School(HIS) Palembang, kemudian melanjutkannya ke Algemeene Middelbare School(AMS) Yogyakarta. Di AMS Yogyakarta, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti YunaniLatin, dan Kaei. Namun setelah tamat, niat untuk melanjutkan pendidikan ke LeidenBelanda harus diurungnya dikarenakan ayahnya meninggal dunia. Ia kemudian menjalani kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.

Kesusastraan

Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia sastra Indonesiamengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis menggunakan bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatera, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920. Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentuk-bentuk bahasa Melayu Klasik.
Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kali sebagai penyair dengan puisinya, Tanah Air; yang dimaksud tanah airnya yaitu Minangkabau di SumateraTanah Air merupakan himpunan puisi modern Melayu pertama yang pernah diterbitkan.
Himpunan Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini sangat penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin dan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal. Dramanya, Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarahJawa, muncul juga pada tahun yang sama.
Dalam puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literatur Belanda. Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, ia masih lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang lebih muda. Ia juga menerbitkan banyak dramaesei, novel sejarah, dan puisi. Ia juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore.

Politik

Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond[3] dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia.
Pada tahun 1932, Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta hingga tahun 1942. Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota Partindo. Setelah Partindo bubar, bersama Adenan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Tahun 1939, ia terpilih sebagai anggota Volksraad.
Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup SarawakSabahSemenanjung MalayaTimor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda.Soekarno yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadiPresiden Republik Indonesia yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.
Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962) danMenteri Penerangan (1962-1963).
Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan tahanan politik yang dipenjara tanpa proses pengadilan. Tanpa grasi dan remisi, ia mengeluarkan 950 orang tahanan yang dicap komunis atau sosialis. Atas kebijakannya itu, ia dikritik oleh banyak anggota DPR. Namun Yamin berani bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian univesitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Diantara perguruan tinggi yang ia dirikan adalah Universitas Andalas di PadangSumatera Barat.

Keluarga

Pada tahun 1937, Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari, putri seorang bangsawan dari Kadingalu, Demak, Jawa Tengah. Mereka dikaruniai satu orang putra, Dang Rahadian Sinayangish Yamin. Pada tahun 1969, Dian melangsungkan pernikahan dengan Gusti Raden Ayu Retno Satuti, putri tertua dari Mangkunegoro VIII.

Karya-karyanya

Muhammad Yamin dan cita cita persatuan
  • Tanah Air (puisi), 1922
  • Indonesia, Tumpah Darahku, 1928
  • Kalau Dewa Tara Sudah Berkata (drama), 1932
  • Ken Arok dan Ken Dedes (drama), 1934
  • Sedjarah Peperangan Dipanegara, 1945
  • Tan Malaka, 1945
  • Gadjah Mada (novel), 1948
  • Sapta Dharma, 1950
  • Revolusi Amerika, 1951
  • Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, 1951
  • Kebudayaan Asia-Afrika, 1955
  • Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi, 1956
  • 6000 Tahun Sang Merah Putih, 1958
  • Naskah Persiapan Undang-undang Dasar, 1960, 3 jilid
  • Ketatanegaraan Madjapahit, 7 jilid

Penghargaan

sumber:wikipedia.org