http://sariaklaweh.blogspot.com/2015/07/kumpulan-artikel-ramadhan.html BABALIAK KA SURAU ~ SARIAK LAWEH

BABALIAK KA SURAU

Baru-baru ini ada suasana yang berbeda di Mesjid Shilaturrahmi Jorong Sawah Sadang Kenagarian Sariak Laweh. Betapa  tidak, sekelompok remaja mesjid shilaturrahmi (REMASHI) ini mencoba membenahi kampung halamannya. Di saat generasi muda  yang lain tengah disibukkan oleh silaunya duniawi, baik itu gejolak remaja maupun yang mengejar materi,  tetapi sekumpulan  remaja ini terdorong untuk mengembalikan semaraknya Surau yang saat kecil mereka rasakan. Jika di era 90-an staff pengajarnya di dominasi oleh generasi tua, tapi sekarang campur tangan generasi muda cukup terasa di sini. Ini merupakan suatu kemajuan, betapa tidak, dulu apapun kegiatan di tanah kelahiran saya tercinta ini hanya di dominasi oleh generasi tua. Dan saya sempat berfikir kapan waktunya generasi-generasi muda di beri kesempatan untuk membenahi kampungnya. Tapi seiring berjalannya waktu makin hari pendidikan makin diminati di jorong yang kata orang jorong anyuik ini. Tentunya setelah melewati beberapa fase waktu.


Suatu sore saya menyempatkan berbincang-bincang dengan sang reformis tersebut, katanya “kalaulah tidak kita yang mengubah terus siapa, kalau tidak sekarang kapan lagi kawan??” sungguh semangat yang luar biasa saya temukan di tatapan matanya. “memang terkadang lelah dan jenuh datang ,menghampiri katanya, tapi melihat semangat anak-anak untuk bisa mencicipi dan melantunkan alquran itu semua sirna” katanya.

Sayapun dapat memaklumi mengingat kesibukan dan aktifitasnya. Betapa tidak, di pagi hari saat rekan seusianya tengah asyik menikmati tidurnya, duduk di lapau sambil menghirup kopi, ia sudah harus berangkat menunaikan tugas mulianya untuk mengajar di sebuah sekolah tempat ia mengenyam pendidikan dulu. Begitu usai jam pelajaran di sekolahnya ia harus buru-buru menunaikan bakti di kampungnya. Sungguh merinding yang saya rasakan saat mencoba bertutur dengannya.

Yogi Deka Putra begitulah nama lengkapnya, ia jebolan STAIN Syech Djamil Djambek Bukittinggi dengan konsentrasi jurusan konseling. Berbekal ilmu yang diperolahnya di bangku kuliah, ia mencoba sedikit demi sedikit mempraktekkan di lingkungannya. Melalui motifasi-motifasi yang yang diberikan buat adik-adik didiknya ia bisa membakar semangat si mungil yang sebentar lagi bakal mengerti kejamnya dunia. Tentu tidak begitu sulit baginya untuk masalah-masalah motifasi tersebut karena jauh sebelum menginjak usia sekarang ia telah menjadi tempat curhat bagi teman seusianya, bahkan dulu kami menggelarinya “sang counselor” tapi benar saja, saat menamatkan SMA ia memilih konseling sebagai jalan hidupnya, ditambah lagi riwayat pendidikan yang memungkinkan ia lebih dari itu.


Kalau lah pembaca sekalian melewati jorong Sawah Padang di sore hari, cobalah kiranya, menyempatkan diri melihat agak sejenak atau bahkan sholat Ashar berjamaah di mesjid kebanggaan Pokan Sotu tersebut. Pembaca akan di menjumpai riuhnya suara-suara mungil yang akan menyelimuti Mesjid tersebut, tapi saat iqomah telah di kumandangkan serentak suara itu hilang. Bersambung.......(APH)