http://sariaklaweh.blogspot.com/2015/07/kumpulan-artikel-ramadhan.html ADA APA DI BALIK VALENTINE'S DAY? ~ SARIAK LAWEH

ADA APA DI BALIK VALENTINE'S DAY?


Hari Valentine (ilustrasi).


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pakar kristologi, Irena Handono, dalam akun Facebook pribadinya, mengungkap peristiwa dibalik tanggal 14 Februari yang selama ini dikenal dengan hari kasih sayang atau hari valentine. Menurut Irena, sejarah dibalik tanggal tersebut perlu diketahui kawula muda agar tidak memiliki paham yang salah mengenai valentine.
 
Ia mengatakan, perayaan valentine identik dengan tradisi penyembahan berhala. Sebelum masa kekristenan, masyarakat Yunani dan Romawi beragama pagan yakni menyembah banyak Tuhan atau Paganis-polytheisme.
Mereka memiliki perayaan atau pesta yang dilakukan pada pertengahan Februari yang sudah menjadi tradisi budaya mereka. “Gereja menyebut mereka kaum kafir,” tulis Irena.

Pada zaman Athena kuno terdapat perayaan Gamelion, atau masa pernikahan Zeus dan Hera. Sedangkan di zaman Romawi kuno, perayaan itu disebut hari raya Lupercalia, atau peringatan hari Dewa Lupercus, yaitu dewa kesuburan yang digambarkan setengah telanjang dengan pakaian dari kulit domba.
 
Perayaan tersebut berlangsung dari 13 hingga 18 Februari, yang berpuncak pada tanggal 15 Februari. Dua hari pertama (13-14 Februari) dipersembahkan untuk Dewi Cinta, Juno Februata.
 
Pada masa ini ada kebiasaan Love Lottery, yaitu ketika para wanita muda memasukkan nama mereka dalam sebuah bejana kemudian para pria mengambil satu nama dalam bejana tersebut yang kemudian menjadi kekasihnya selama festival berlangsung.
 
“Seiring dengan invasi tentara Roma, tradisi ini menyebar dengan cepat ke hampir seluruh Eropa,” jelasnya.

Hal ini menjadi penyebab sulitnya penyebaran agama Kristen yang saat itu tergolong sebagai agama baru di Eropa. Sehingga untuk menarik jemaat masuk ke Gereja maka diadopsilah perayaan kafir pagan ini dengan memberi kemasan kekristenan.
Maka Paus Gelasius I pada tahun 469 M mengubah upacara Roma Kuno Lupercalia ini menjadi Saint Valentine's Day. Ini adalah upaya Gelasius menyebarkan agama kristen melalui budaya setempat. Menggantikan posisi dewa-dewa pagan dan mengambil St Valentine sebagai sosok suci lambang cinta.
Ini adalah bentuk sinkretisme agama, mencampuradukkan budaya pagan dalam tradisi Kristen. Dan akhirnya diresmikanlah Hari Valentine oleh Paus Gelasius pada 14 Februari di tahun 498.

Irene juga menyayangkan remaja Indonesia tidak mengindahkan saran-saran untuk tidak ikut merayakan valentine. Menurutnya, sebelum melakukan pengadopsian budaya barat, sebaiknya terlebih dahulu mencari tahu asal usulnya sehingga menjadi tidak salah kaprah.