http://sariaklaweh.blogspot.com/2015/07/kumpulan-artikel-ramadhan.html MARI BERPOLITIK CERDAS DAN SANTUN ~ SARIAK LAWEH

MARI BERPOLITIK CERDAS DAN SANTUN

16 tahun sudah kita menghirup udara reformasi di bumi Indonesia tercinta, pasca lengsernya rezim orde baru dibawah kendali Pak Harto. Tapi sudahkah cita-cita reformasi itu tepat sasaran? Hendaknya ini menjadi pertanyaan dan catatan besar bagi kita semua.

Kita semua tau bahkan sepakat reformasi ini dibangun di atas darah dan nyawa para aktivis 16 tahun silam. Tetapi melihat situasi sekarang seakan kita semua mengingkari kalau reformasi bertujuan mengembalikan fitrahnya pemerintahan itu ke tangan rakyat.

Dalam mengembalikan hak-hak rakyat tersebut tentu di sana terdapat juga kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi maupun kebebasan berpolitik. Tetapi kita lupa semua ada etikanya. Semua ada batasannya, ada nilai-nilai yang mesti kita jaga, tidak seenaknya saja. Selaku generasi berpendidikan dan terpelajar sudah semestinya kita memberikan pencerahan kepada masyarakat, bagaimana pentingnya beretika dalam bernegara.

Kita liat saja dalam ranah politik, saya memilih atau menggiring pembahasan ke ranah politik berhubung kita akan pesta demokrasi, memilih siapa yang berhak menduduki singasana RI 1. Semakin dekatnya hari pemilihan makin beragam berita yang kita dengar. Baik itu beritanya ataupun media yang menyampaikannya. Terkesan mendukung satu pasangan dan menyudutkan pasangan lain. Mungkin juga karena andil para pemilik modal penyedia berita ataupun berita pesanan. Sehingga media yang biasanya terpercaya menyuguhkan berita yang aktual dan berimbang sekarang hanya menyuguhkan pencitraan belaka, black campaign, dan tak jarang menghujat bahkan mencaci lawan jagoan politiknya.

Apakah ini yang mau kita capai dengan reformasi? Tentunya tidak ! saya merasa ini semua adalah kesalahan segelintir orang dalam mengartikan makna demokrasi pasca reformasi.

Mungkin mereka berfikir dengan pencitraan yang jor-joran, black campaign, menghina dan menghujat lawan politik merupakan cara ampuh dalam menaikkan elektabilitas jagoannya. Tapi mereka lupa kalaulah orang terus-terusan dihina dan dicaci tentu khalayak bakal mencari tau, benarkah mereka seperti itu adanya?

Maka, apabila orang mendapati satu saja kebohongan dari yang disampaikan, orang bakal mencatat bahwa apa yang selama ini kita perbuat seakan nol besar saja. Bak kato urang awak “santano manapuak aia di di dulang”. Karenanya saya menghimbau kepada kita generasi terpelajar dan terdidik, mari berpolitik santun dan cerdas, karena dengan berpolitik santun dan cerdas kita telah telah ikut berpartisipasi dalam membuka cakrawala berfikir masyarakat dan membuat masyarakat melek juga akan politik bersih.

Contoh kecilnya saja, ajak mereka melakukan hal-hal yang bermanfaat, tentunya diawali dari diri kita. Saat orang telah respek akan apa yang selama ini kita lakukan di sanalah kita dapat melihat dan menemukan ternyata politik itu tidaklah semahal yang sekarang.

Politik seolah mahal karena money politic dianggap jalan pintas sama halnya dengan black campaign, dan seandainya politik yang mahal tadi berhasil mencapai tujuannya, maka hal yang pertama terlintas di benak mereka adalah modal harus kembali.


Karenanya saya menghimbau, kepada kita semua mari selamatkan Indonesia, dengan berprilaku baik dan memilih orang baik dalam mengurusi republik ini, agar terciptanya masyarakat yang adil, aman dan damai lagi mensejahterakan. Karena kalau tidak berarti kita telah membiarkan kemungkaran terjadi di bumi nusantara ini.