Tokoh Syahid Yang Luar Biasa

Bayi yang pertama kali lahir pada
saat hijrah itu, dibawa kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumahnya di Madinah, maka diciumnya
kedua pipinya dan dikecupnya mulutnya, hingga yang mula pertama masuk ke rongga perut Abdullah bin
Zubeir itu ialah air selera Rasulullah shallallahu 'alaihi i wasallam yang mulia. Kaum Muslimin berkumpul dan
beramai-ramai membawa bayi yang dalam gendongan itu berkeliling kota sambil
membaca tahlil dan takbir. Latar belakangnya ialah karena tatkala Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan para
shahabatnya tinggal menetap di Madinah, orang- orang Yahudi merasa terpukul dan
iri hati, lalu melakukan perang urat saraf terhadap Kaum Muslimin. Mereka
sebarkan berita bahwa dukun-dukun mereka telah menyihir Kaum Muslimin dan
membuat mereka jadi mandul, hingga di Madinah tak seorang pun akan mempunyai
bayi dari kalangan mereka... !
Maka tatkala Abdullah bin Zubeir
muncul dari alam gaib, hal itu merupakan suatu kenyataan yang digunakan taqdir
untuk menolak kebohongan orang-orang Yahudi di Madinah dan mematahkan tipu
muslihat mereka ... !
Di masa hayat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam , Abdullah belum mencapai asia dewasa. Tetapi
lingkungan hidup dan hubungannya yang akrab dengan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, telah membentuk kerangka kepahlawanan dan prinsip hidupnya,
sehingga darma baktinya dalam menempuh kehidupan di dunia ini menjadi buah
bibir orang dan tercatat dalam sejarah dunia. Anak kecil itu tumbuh dengan amat
cepatnya dan menunjukkan hal-hal yang luar biasa dalam kegairahan, kecerdasan
dan keteguhan pendirian. Masa mudanya dilaluinya tanpa noda, seorang yang suci,
tekun beribadat, hidup sederhana dan perwira tidak terkira ....
Demikianlah hari-hari dan
peruntungan itu dijalaninya dengan
tabi'atnya yang tidak berubah dan semangat yang tak pernah kendor. Ia
benar-benar seorang laki-laki yang mengenal tujuannya dan menempuhnya dengan
kemauan yang keras membaja dan keimanan teguh luar biasa....
Sewaktu pembebasan Afrika,
Andalusia dan Konstantinopel, ia yang waktu itu belum melebihi usia tujuh belas
tahun, tampak sebagai salah seorang pahlawan yang namanya terlukis sepanjang
masa ....
Dalam pertempuran di Afrika
sendiri, Kaum Muslimin yang jumlahnya hanya duapuluh ribu sang tentara, pernah
menghadapi musuh yang berkekuatan sebanyak seratus duapuluh ribu orang.
Pertempuran berkecamuk, dan pihak
Islam terancam bahaya besar! Abdullah bin Zubeir melayangkan pandangannya
meninjau kekuatan musuh hingga segeralah diketahuinya di mana letak kekuatan
mereka. Sumber kekuatan itu tidak lain dari raja Barbar yang menjadi panglima
tentaranya sendiri. Tak putus-putusnya raja itu berseru terhadap tentaranya dan
membangkitkan semangat mereka dengan cara istimewa yang mendorong mereka untuk
menerjuni maut tanpa rasa takut ....
Abdullah maklum bahwa pasukan
yang gagah perkasa ini tak mungkin ditaklukkan kecuali dengan jatunya panglima
yang menakutkan ini. Tetapi betapa caranya untuk menemuinya, padahal untuk
sampai kepadanya terhalang oleh tembok kukuh dari tentara musuh yang bertempur
laksana angin puyuh ... !
Tetapi semangat dan keberanian
Ibnu Zubeir tak perlu diragukan lagi untuk selama-lamanya... ! Dipanggilnya
sebagian kawan-kawannya, lalu katanya: "Lindungi punggungku dan mari
menyerbu bersamaku... !" Dan tak ubah bagai anak panah lepas dari
busurnya, dibelahnya barisan yang berlapis itu menuju raja musuh, dan demi
sampai di hadapannya, dipukulnya sekali pukul, hingga raja itu jatuh
tersungkur. Kemudian secepatnya bersama kawan-kawannya, ia mengepung tentara
yang berada di sekeiiling raja dan menghancurkan mereka ...,lalu dikuman
dangkannya Allahu Akbar... !
Demi Kaum Muslimin melihat
bendera mereka berkibar di sana, yakni di tempat panglima Barbar berdiri
menyampaikan perintah dan mengatur siasat, tahulah mereka bahwa kemenangan
telah tercapai. Maka seolah-olah satu orang jua, mereka menyerbu ke muka, dan
segala sesuatu-pun berakhir dengan keuntungan di pihak Muslimin ... !
Abdullah bin Abi Sarah, panglima
tentara Islam, mengetahui peranan penting yang telah diiakukan oleh Ibnu
Zubeir. Maka sebagai imbalannya disuruhnya ia menyampaikan sendiri berita
kemenangan itu ke Madinah terutama kepada khalifah Utsman bin Affan....
Hanya kepahlawanannya dalam medan
perang bagaimana juga unggul dan luar biasanya, tetapi itu tersembunyi di balik
ketekunannya dalam beribadah ....Maka orang yang mempunyai tidak hanya satu dua
alasan untuk berbangga dan menyombongkan dirinya ini akan menakjubkan kita
karena selalu ditemukan dalam lingkungan orang-orang shaleh dan rajin
beribadat.
Maka balk derajat maupun
kemudaannya, kedudukan atau harta bendanya, keberanian atau kekuatannya, semua
itu tidak mampu untuk menghalangi Abdullah bin Zubeir untuk menjadi seorang
laki-laki 'abid yang berpuasa di siang hari, bangun malam beribadat kepada
Allah dengan hati yang khusu' niat yang suci.
Pada suatu hari Umar bin Abdul
Aziz mengatakan kepada Ibnu Abi Mulaikah: "Cobalah ceritakan kepada kami
kepribadian Abdullah bin Zubeir!" Maka ujarnya: "Demi Allah! Tak pernah kulihat Jiwa
yang tersusun dalam rongga tubuhnya itu seperti jiwanya! Ia tekun melakukan
shalat, dan mengakhiri segala sesuatu dengannya. ... Ia ruku' dan sujud
sedemikian rupa, hingga karena amat lamanya, maka burung-burung gereja yang
bertengger di atas bahunya atau punggungnya, menyangkanya dinding tembok atau
kain yang tergantung. Dan pernah peluru meriam batu lewat antara janggut dan
dadanya sementara ia shalat, tetapi demi Allah, ia tidak peduli dan tidak
goncang, tidak pula memutus bacaan atau mempercepat waktu ruku' nya
Memang, berita-berita sebenamya
yang diceritakan orang tentang ibadat Ibnu Zubeir, hampir merupakan dongeng.
Maka di dalam shaum dan shalat, dalam menunaikan haji dan serta zakat,
ketinggian cita serta kemuliaan diri dalam bertenggang di waktu malam - sepanjang
hayatnya - untuk bersujud dan beribadat, dalam menahan lapar di waktu siang, -
juga sepanjang usianya - untuk shaum dan jihadun nafs ..., dan dalam
keimanannya yang teguh kepada Allah ...dalam semua itu ia adalah tokoh
satu-satunya tak ada duanya
Pada suatu kali Ibnu Abbas
radhiyallahu 'anhu ditanyai orang
mengenai Ibnu Zubeir. Maka walaupun di antara kedua orang ini terdapat
perselisihan paham, Ibnu Abbas berkata: "Ia
adalah seorang pembaca Kitabullah, dan pengikut sunnah Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wasallam, tekun beribadat kepada-Nya dan shaum di siang hari karena
takut kepada-Nya.. · Seorang putera dari pembela Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, dan ibunya ialah Asma puteri Shiddiq, sementara mak-tuanya ialah
Khadijah istri dari Rasululiah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka tak ada seorang pun sedang membicarakan
khalifah yang telah pergi berlalu bernama Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu,
tanpa mengindahkan tata-tertib kesopanan dan tidak didasari oleh kesadaran,
mereka dicelanya, katanya: "Demi
Allah, aku tak sudi meminta bantuan dalam menghadapi musuhku kepada orang-orang
yang membenci Utsman ''~ Pada saat itu ia sangat memerlukan bantuan, tak ubah
bagai seorang yang tenggelam membutuhkan pertolongan, tetap uluran tangan orang
tersebut ditolaknya Keterbukaannya terhadap diri pribadi serta kesetiaannya
terhadap aqidah dan prinsipnya, menyebabkannya tidak peduli kehilangan duaratus
orang pemanah termahir yang Agama mereka tidak dipercayai dan berkenan di
hatinya! Padahal waktu itu ia sedang berada dalam peperangan yang akan
menentukan hidup matinya, dan kemungkinan besar akan berubah arah, seandainya
pemanah-pemanah ahli itu tetap berada di sampingnya.,,.!
Kemudian pembangkangannya
terhadap Mu'awiyah dan puteranya Yazid sungguh-sungguh merupakan kepahlawanan!
Menurut pandangannya, Yazid bin Mu'awiyah bin Abi Sufyan itu adalah laki-laki
yang terakhir kali dapat menjadi khalifah Muslimin, seandainya memang dapat ...
! Pandangannya ini memang beralasan, karena dalam soal apa pun juga, Yazid
tidak becus! Tidak satu pun kebaikan dapat menghapus dosa-dosanya yang
diceritakan sejarah kepada kita, maka betapa Ibnu Zubeir akan mau bai'at
kepadanya, ?
Kata-kata penolakannya terhadap
Mu'awiyah selagi ia masih hidup amat keras dan tegas. Dan apa pula katanya
kepada Yazid yang telah naik menjadi khalifah dan mengirim utusannya kepada
Ibnu Zubeir mengancamnya dengan nasib jelek apabila ia tidak membai'at pada
Yazid ... ? Ketika itu Ibnu Zubeir memberikan jawabannya: "Kapan pun, aku tidak akan bai'at kepada
si pemabok ... !" kemudian katanya berpantun : "Terhadap hal bathil tiada tempat
berlunak lembut kecuali bila geraham dapat mengunyah batu menjadi lembut
".
Ibnu Zubeir tetap menjadi Amirul
Mu'minin dengan mengambil Mekah al-Mukarramah sebagai ibu kota pemerintahan dan
membentangkan kekuasaannya terhadap Hijaz, Yaman, Bashrah, Kufah, Khurasan dan
seluruh Syria kecuali Damsyik, setelah ia mendapat bai'at dari seluruh warga
kota-kota daerah tersebut di atas.
Tetapi orang-orang Banu Umaiyah
tidak senang diam dan berhati puas sebelum menjatuhkannya, maka mereka
melancarkan serangan yang bertubi-tubi, yang sebagian besar di antaranya
berakhir dengan kekalahan dan kegagalan. Hingga akhirnya datanglah masa
pemerilitahan Abdul Malik bin Marwan yang untuk menyerang Abdullah di Mekah itu
memilih salah seorang anak manusia yang paling celaka dan paling merajalela
dengan kekejaman dan kebuasannya ... ! Itulah dia Hajjaj ats-Tsaqafi, yang
mengenai pribadinya, Umar bin Abdul Aziz, Imam yang adil itu pernah
berkata: "Andainya setiap ummat
datang dengan membawa kesalahan masing-masing, sedang kami hanya datang dengan
kesalahan Hajjaj seorang saja, maka akan lebih berat lagi kesalahan kami dari
mereka semua... !"
Dengan mengerahkan anak buah dan orang-orang
upahannya, Hajjaj datang memerangi Mekah ibukota Ibnu Zubeir. Dikepungnya kota
itu serta penduduknya, selama lebih kurang enam bulan dan dihalanginya mereka
mendapat makanan dan air, dengan harapan agar mereka meninggalkan Ibnu Zubeir
sebatang kara, tanpa tentara dan sanak saudara. Dan karena tekanan bahaya
kelaparan itu banyaklah yang menyerahkan diri, hingga Ibnu Zubeir mendapatkan
dirinya tidak berteman atau kira-kira demikian ....
Dan walaupun kesempatan untuk
meloloskan diri dan menyelamatkan nyawanya masih terbuka, tetapi Ibnu Zubeir
memutuskan akan memikul tanggung jawabnya sampai titik terakhir. Maka ia terus
menghadapi serangan tentara Hajjaj itu dengan keberanian yang tak dapat
dilukiskan, padahal ketika itu usianya telah mencapai tujuh puluh tahun Dan
tidaklah dapat kita melihat gambaran sesungguhnya dari pendirian yang luar
biasa ini, kecuali jika kita mendengar percakapan yang berlangsung antara
Abdullah dengan ibunya yang agung dan mulia itu, Asma' binti Abu Bakar, yakni
di saat-saat yang akhir dari kehidupannya. Ditemuinya ibunya itu dan
dipaparkannya di hadapannya suasana ketika itu secara terperinci, begitupun
mengenai akhir kesudahan yang sudah nyata tak dapat dielakkan lagi ....
Kata 'Asma' kepadanya: "Anakku, engkau tentu lebih tahu tentang
dirimu! Apabila menurut keyakinanmu, engkau berada di jalan yang benar dan
berseru untuk mencapai kebenaran itu, maka shabar dan tawakallah dalam
melaksanakan tugas itu sampai titik darah penghabisan. Tiada kata menyerah
dalam kamus perjuangan melawan kebuasan budak-budak Bani Umaiyah ... !
Tetapi kalau menurut pikiranmu, engkau
hanya mengharapkan dunia, maka engkau adalah seburuk-buruk hamba, engkau celakakan dirimu sendiri serta orang-orang
yang tewas bersamamu!"
Ujar Abdullah: "Demi Allah,
wahai bunda! Tidaklah ananda mengharapkan dunia atau ingin hendak
mendapatkannya... ! Dan sekali-kali tidaklah anakanda berlaku aniaya dalam
hukum Allah, berbuat curang atau melanggar batas ... !"
Kata Asma' pula: - 'Aku memohon
kepada Allah semoga ketabahan hatiku menjadi kebaikan bagi dirimu, baik engkau
mendahuluiku menghadap Allah maupun aku. Ya Allah, semoga ibadahnya sepanjang
malam, shaum sepanjang siang dan bakti kepada kedua orang tuanya, Engkau terima
disertai cucuran Rahmat-Mu. Ya Allah, aku serahkan segala sesuatu tentang
dirinya kepada kekuasaan-Mu, dan aku rela menerima keputusan-Mu. Ya Allah
berilah aku pahala atas segala perbuatan Abdullah bin Zubeir ini, pahalanya
orang-orang yang shabar dan bersyukur ... !"
Kemudian mereka pun berpelukan
menyatakan perpisahan dan selamat tinggal.. Dan beberapa saat kemudian,
Abdullah bin Zubeir terlibat dalam pertempuran sengit yang tak seimbang, hingga
syahid agung itu akhirnya menerima pukulan maut yang menewaskannya. Peristiwa
itu menjadikan Hajjaj kuasa Abdul Malik bin Marwan berkesempatan melaksanakan
kebuasan dan dendam kesumatnya, hingga tak ada jenis kebiadaban yang lebih keji
kecuali dengan menyalib tubuh syahid suci yang telah beku dan kaku itu.
Bundanya, wanita tua yang ketika
itu telah berusia sembilan puluh tujuh tahun, berdiri memperhatikan puteranya
yang disalib. Dan bagaikan sebuah gunung yang tinggi, ia tegak menghadap ke
arahnya tanpa bergerak. Sementara itu Hajjaj datang menghampirinya dengan lemah
lembut dan berhina diri, katanya:
"Wahai ibu, Amirui Mu'minin Abdulmalik bin Marwan memberiku wasiat
agar memperlakukan ibu dengan balk ... !" "Maka adakah kiranya
keperluan ibu ?. Bagaikan
berteriak dengan suara berwibawa wanita itu berkata: "Aku ini
bukanlah ibumu ... ! Aku adalah ibu dari orang yang disalib pada tiang karapan
..!
Tiada sesuatu pun yang kuperlukan
daripadamu. Hanya aku akan menyampaikan kepadamu sebuah Hadits yang kudengar
dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sabdanya:
"Akan muncul dari Tsaqif
seorang pembohong dan seorang durjana ...! Adapun si pembohong telah sama-sama
kita hetahui ....!Adapun si durjana, sepengetahuanku hanyalah hamu I"
Abdullah bin Umar radhiyallahu
'anhu datang menghiburnya dan mengajak-
nya bershabar. Maka jawabnya: -- "Kenapa pula aku tidak akan shahar,
padahal kepala Yahya bin Zakaria sendiri telah diserahkan kepada salah seorang
durjana dari durjana-durjana Bani Isra'il !".
Oh, alangkah agungnya anda, wahai
puteri Abu Bakar Shiddiq radhiyallahu 'anhu ... ! Memang, adakah lagi kata-kata
yang lebih tepat diucapkan selain itu kepada (,rang-orang yang telah memisahkan
kepala Ibnu Zubeir dari tubuhnya sebelum mereka menyalibnya !
Tidak salah! Seandainya kepala
Ibnu Zubeir telah diberikan sebagai hadiah bagi Hajjaj dan Abdul Malik, maka
kepala Nabi yang mulia yakni Yahya 'alaihissalam dulu juga telah diberikan
sebagai hadiah bagi Salome, seorang wanita yang durjana dan hina dari Bani
Israil ... ! Sungguh, suatu tamsil yang tepat dan kata-kata yang jitu ... !
Kemudian mungkinkah kiranya bagi
Abdullah bin Zubeir akan melanjutkan hidupnya di bawah tingkat yang amat tinggi
dari keluhuran, keutamaan dan kepahlawanan ini, sedang yang menyusukannya ialah
wanita yang demikian corak bentuk-nya
Salam kiranya terlimpah atas
Abdullah ... ! Dan kiranya terlimpah pula atas Asma'...!
Salam bagi kedua mereka di
lingkungan syuhada yang tidak pernah fana... !
Dan di lingkungan orang-orang
utama lagi bertaqwa.