Sariaklaweh.blogspot.com:--Tantangan Muslim Indonesia saat ini bukan penjajahan fisik, seringkali lebih penjajahan secara pemikiran, sasarannya akidah. Intinya, kaum kuffar berusaha jadikan gaya hidupnya sebagai kiblat, untuk di-ekori dan di-buntuti, hingga Muslim tinggalkan ajarannya. Lewat hollywood diekspor cara hidup hedonis, mendewakan kenikmatan badaniyah, bahasa kerennya ghazwul fikri, perang pemikiran. Ghazwul fikri ini selain ramai lewat media, juga diupayakan via jalur formal, lewat pendidikan formal, kurikulum dan buku-buku formal. Lewat pendidikan formal, keburukan seolah terlegitimasi dan terlegalisasi, hasilnya, sekolah justru jadi ajang pendidikan tak Islami. para cendekiawan dididik di barat, atau minimal dengan cara barat, pada gilirannya, mereka yang menentukan arah pendidikan negeri ini. Cendekiawan-cendekiawan yang sudah terbaratkan ini, entah sadar atau tidak akhirnya menjauhkan generasi Muslim dari Islamnya sendiri.
Sebagai Muslim, kita meyakini bahwa hanya dengan Islam manusia mulia dunia akhirat, hanya dengan Islam, Allah akan ridha. namun beberapa materi sekolah, justru bertentangan dengan Islam. Mulai dari 'pacaran sehat', renang bagi putri yang tak dipisah dengan putra dll. Naudzubillah. Secara normatif Rasulullah melarang pacaran dan segala jenisnya, itu mendekati zina, secara data, terbukti pacaran pintu seks bebas. Bila sedari muda diajarkan begini, wajar setelah dewasa mikirnya "mending lokalisasi zina, daripada zina nggak dilokalisasi.
Hasil dari ghazwul fikiri ini ialah Muslim tapi aqidahnya liberal, bukan Islam, pragmatis, tidak mampu berpikir menyeluruh dan solutif . Kami menyapaikan hal ini karena khawatir dan sayang dengan generasi muda Muslim, kasihan dengan orangtua yang semakin berat amanahnya. Kita meyakini, tidak semua cendekiawan terbaratkan, masih banyak yang lahir dan tumbuh dengan kepedulian Islam yang tinggi. Karena kita peduli maka kita berbagi, karena kita Muslim maka kita saling melindungi, semoga di ujung perkara, semua adalah kebaikan
@felixshiaw